Selain Kintamani, Indonesia memiliki ras anjing endemik lainnya, salah satunya adalah Anjing Bernyanyi Papua atau Papua Singing Dog. Habitat aslinya terletak di kawasan puncak Gunung Jayawijaya.
Para ahli biologi menamai anjing ini sebagai Papua Singing Dog karena anjing ini tidak mampu menggonggong. Mereka melolong panjang seperti serigala dan terdengar serupa dengan nyanyian. Suku di dataran tinggi Jayawijaya sangat menghormati mereka, menganggapnya sebagai penjaga dataran tinggi Carstensz Pyramid, puncak tertinggi di Jayawijaya.
Sayangnya, sejak tahun 1970, satwa endemik Indonesia yang masih memiliki hubungan dengan Anjing Bernyayi Papua Nugini (New Guinea Singing Dog) oleh para ahli biologi dianggap telah punah di habitat aslinya. Hal ini disebabkan oleh ketidakmunculan spesies ini di Carstensz, Gunung Jayawijaya.
Namun, pada bulan Juli 2020, seorang karyawan PT. Freeport Indonesia bernama Anang Dianto memposting di Twitter tentang penampakan anjing misterius dengan ciri-ciri bulu berwarna cokelat emas, telinga segitiga yang tegak mirip serigala, dan moncong hitam pendek yang menyerupai rubah. Anjing ini juga disebut tidak mampu menggonggong, melainkan melolong panjang seperti serigala. Anang kemudian mengirimkan hasil temuannya ke yayasan peneliti yang berbasis di Florida, Amerika Serikat, yaitu New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF).
Peneliti dari NGHWDF, James McIntyre, merespons informasi ini dengan menyatakan bahwa anjing ini adalah yang selama ini mereka cari, yaitu Anjing Bernyanyi Papua! Sebelumnya, Mac (panggilan untuk McIntyre), menceritakan bahwa dia bersama timnya pernah melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Lorents pada bulan September 2016, yang berhasil mengumpulkan 140 foto serta menemukan 15 anjing liar di dataran tinggi Papua.
Tidak berhenti di situ, penelitian dilanjutkan pada bulan Agustus 2018, kali ini dengan kerjasama para peneliti dari Universitas Cendrawasih, Papua. Mereka berhasil mengambil sampel DNA dari dua anjing liar di dataran tinggi Papua, yang pada akhirnya membuktikan bahwa Anjing Bernyanyi Papua masih hidup.
Dengan dukungan foto yang dikirimkan oleh Anang, Mac melanjutkan hasil penelitian ini dengan mempublikasikannya melalui jurnal ilmiah di Proceeding of the National Academy of Science (PNAS). Pada bulan September 2020, dunia gempar karena ternyata salah satu spesies anjing paling langka di dunia belum punah, membawa harapan baru untuk konservasi satwa liar dan pemahaman lebih lanjut tentang ekosistem dataran tinggi Papua.